A. Pengertian
Motivasi merupakan proses pemberian dorongan kepada anak
buah supaya anak buah dapat bekerja sejalan dengan batasan yang diberikan
guna mencapai tujuan organisasi secara optimal, pengertian proses pemberian
dorongan tersebut adalah serangkaian aktifitas yang harus dilalui atau
dilakukan untuk menumbuhkan dorongan kepada pegawai untuk bekerja sejalan
dengan tujuan organisasi. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Ambar Teguh
Sulistiyani dan Rosidah dalam buku Manajemen SDM (2009:76-78).
Menurut Hasibuan (1999:95) menyebutkan bahwa motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Senada dengan definisi di atas, Siagian (1996:138)
mengemukakan bahwa motivasi sebagai daya pendorong yang mengakibatkan seorang
anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuannya (dalam bentuk
keahlian atau keterampilan) tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya dan menunaikan kewajibannya,
dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah
ditentukan sebelumnya. Motivasi juga
merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya.
Berdasarkan
berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa; (1) Motivasi kerja merupakan bagian yang
urgen dalam suatu organisasi yang berfungsi sebagai alat untuk pencapaian
tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, (2) Motivasi kerja mengandung dua
tujuan utama dalam diri individu yaitu untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan
pribadi dan tujuan organisasi,
dan (3) Motivasi kerja yang diberikan kepada seseorang hanya
efektif manakala di dalam diri seseorang itu memiliki kepercayaan atau
keyakinan untuk maju dan berhasil dalam organisasi.
Dalam rangka untuk memotivasi bawahan dalam suatu
organisasi, sangat ditentukan oleh kepiawaian seorang pimpinan untuk memahami
faktor-faktor motivasi sebagai daya pendorong atau penguat (reinforcement) sehingga individu
tergerak untuk bekerja dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap motivasi
sangat penting artinya bagi pimpinan.
Menurut Salusu (2000:429) bahwa seseorang bersedia melakukan suatu
pekerjaan karena dirangsang oleh motivasi.
Motivasi itu timbul karena faktor-faktor, sebagai berikut :
1)
Adanya perasaan ingin mencapai sesuatu hasil dengan melakukan pekerjaan
menantang dengan baik.
2) Suatu kebutuhan dari
dalam diri sendiri yang ingin melakukan suatu pekerjaan yang baik.
3) Melakukan pekerjaan
menurut perasaan adalah penting.
4) Apa yang dilakukan itu
selalu berkaitan dengan suatu tujuan.
5) Apa yang dikerjakan itu
adalah sesuatu yang menarik.
6) Melakukan pekerjaan
dengan harapan akan ada promosi.
7) Mengerjakan sesuatu
adalah membantu organisasi mencapai tujuannya.
8) Mengharapkan kemungkinan
kenaikan penghasilan.
9) Mengerjakan sesuatu
sebagai kredit untuk keperluan penilaian penampilan prestasi yang akan
datang.
10) Untuk memperoleh penghargaan dan pengakuan dari
atasan.
11) Melakukan sesuatu dengan kemungkinan
bertambahnya kebebasan dalam pekerjaan.
12) Harapan akan pengakuan dari teman sejawat.
13) Melaksanakan tugas dengan tekad tidak
menginginkan kelompoknya berpenampilan buruk.
14) Jaminan adanya keamanan kerja yang prima.
15) Mengerjakan sesuatu karena dorongan oleh kondisi
fisik pekerjaan yang baik.
Aplikasi teori kebutuhan Maslow dalam organisasi publik perlu didukung oleh sebuah perencanaan yang matang. Bentuk terapan teori Maslow dalam organisasi publik, seperti pada tabel dibawah ini : Tabel Bentuk terapan Teori Maslow dalam organisasi publik
Sumber : Buku MSDM
Konsep Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik
Marihot AMH Manulang dalam buku
Manajemen Personalia (2006:165) berpendapat, istilah motif sama dengan
kata-kata motive, motip, dorongan, alasan dan driving force. Motif tenaga
pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam
diri manusia, yang menyebabkan manusia bertindak. The Liang Gie berpendapat
bahwa motive atau dorongan batin adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal
seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Menurut arti katanya, motivasi atau
motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan
dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Sedangkan pengertian dari
motivasi kerja adalah pendorong semangat kerja.
Pentingnya motivasi menurut Malayu
S.P. Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2005:141-146) karena
motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku
manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
Untuk memotivasi pegawai, seorang pimpinan harus mengetahui motif dan
motivasi yang diinginkan pegawai. Orang mau bekerja adalah untuk dapat
memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari maupun kebutuhan yang tidak
disadari, berbentuk materi atau non materi, kebutuhan fisik maupun rohani.
Edwin B. Flippo menyatakan “motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan
pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan
para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai”. Sedangkan menurut
American Encyclopedia motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang
merupakan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan
topangan dan mengarahkan tindak-tanduknya.
Motivasi meliputi faktor kebutuhan
biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku
manusia. G.R. Terry mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat
pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan
tindakan-tindakan. Motivasi ini tampak dalam dua segi yang berbeda, tujuannya
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai. b. Meningkatkan produktivitas kerja pegawai. c. Mempertahankan kestabilan pegawai. d. Mengefektifkan pengadaan pegawai. e. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. f. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi pegawai. g. Meningkatkan tingkat kesejahteraan pegawai. h. Mempertinggi rasa tanggungjawab pegawai terhadap tugas-tugasnya. i. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku. Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2009:93-101), berikut ini adalah pemahaman mengenai motivasi kerja. Abraham Sperling (1987:183) mengemukakan bahwa “Motive is defined as a tendency to activity, started by a drive and ended by an adjusment. The adjustment issaid to satisfy the motive”. (Motif didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktifitas, dimulai dari dorongan dalam diri dan diakhiri dengan penyesuaian diri, penyesuaian diri disini dikatakan untuk memuaskan motif), sedangkan menurut William J. Stanton (1981:101) mendefinisikan bahwa “A Motive is a stimulated need Which a goal-oriented individual seeks to satisfy” (Suatu motif adalah kebutuhan yang distimulasi yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas). Dan menurut Fillmore H. Stanford (1969:173) mendefinsikan bahwa “Motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct that organism toward the goal of a certain class” (Motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu tujuan tertentu). Sehingga dari para pakar diatas tersebut didapat suatu kesimpulan bahwa motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dan motifnya. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri.
Motivasi bukanlah kegiatan yang
sekaligus tetapi kegiatan yang siklus, dan yang terpenting adalah menghindari
faktor-faktor yang dapat membuat terjadinya pegawai menjadi demotivasi.
Menurut Mario Teguh yang dikutip dalam buku Seni membangkitkan inovasi dan
kreatifitas perusahaan oleh Suryadi (2005:29) hal-hal yang menyebabkan
terjadinya demotivasi di perusahaan atau lembaga :
a. Kurangnya pujian atau penghargaan kepada pegawai. b. Kritik yang tidak obyektif, dimarahi dimuka umum, penghinaan. c. Atasan yang malas, tidak pandai, tetapi berpangkat tinggi. d. Reward yang diberikan tidak sesuai dengan harapan pegawai. e. Target yang terlalu mudah dicapai. f. Atasan yang mengharuskan hasil, tanpa menyediakan sarana. g. Tidak adanya kejelasan mengenai hasil yang harus dicapai. h. Tanggung jawab tanpa wewenang. i. Perubahan yang terlalu sering. j. Atasan yang royal untuk dirinya, tetapi kikir terhadap bawahan. k. Yang mudah naik pangkat hanya anggota keluarga, suku, ras atau agama tertentu. l. Persaingan yang terlalu berat. m. Suasana tempat kerja yang tidak nyaman, tidak aman dan penuh dengan kemunafikan. n. Visi dan misi perusahaan/lembaga hanya untuk kesejahteraan orang-orang tertentu. o. Tidak dilibatkan dalam penetapan keputusan yang mengenai tugas dan dirinya. Sebagai pimpinan tentunya hal-hal penyebab demotivasi diatas harus dihindari dan pimpinan selalu memberikan motivasi kepada bawahannya.
B. Teori Motivasi
Secara garis besar, teori motivasi
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu teori motivasi dengan pendekatan
isi/kepuasan (content theory), teori motivasi dengan pendekatan proses
(process theory) dan teori motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement
theory)
1. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan
sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu
kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya
tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa.
Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan
memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang
mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa
mengerti kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara,
2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
2. Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak
yang memotivasi semangat kerja seseorang, jadi perusahaan harus
bertindak adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai
perilaku karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat
perbandingan seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input
dan juga hasil atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
3. Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan
pandangan nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative
disebut teori X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y
(Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa
pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok
asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap
karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
4. Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh
Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan
pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias
sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007)
Herzberg memandang bahwa kepuasan
kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan
kerja berasal dari ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik.
Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi :
(1) Upah,
(2) Kondisi kerja,
(3) Keamanan kerja,
(4) Status,
(5) Prosedur perusahaan,
(6) Mutu penyeliaan,
(7) Mutu hubungan interpersonal
antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan
Keberadaan kondisi-kondisi ini
terhadap kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi
ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka
perlu mempertahankan setidaknya suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi
ekstrinsik disebut ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik
meliputi :
(1) Pencapaian prestasi,
(2) Pengakuan,
(3) Tanggung Jawab,
(4) Kemajuan,
(5) Pekerjaan itu sendiri,
(6) Kemungkinan berkembang.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini
bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan
membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh
karena itu, faktor ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.
5. Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland
dikemukakan oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada
tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
a)
Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan
mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil
b)
Kebutuhan akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku
sebaliknya.
c)
Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar
pribadi yang ramah dan akrab.
Sumber :
Hasibuan, Malayu, 2005, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Jakarta : PT. Bumi Aksara
Manulang, Marihot AMH., 2006, Manajemen Personalia, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Mangkunegara, Anwar Prabu, A.A., 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Rosidah, Sulistiyani, Ambar Teguh, 2009, MSDM Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Yogyakarta : Graha Ilmu Suryadi, 2005, Seni Membangkitkan Inovasi dan Kreativitas Perusahaan, Jakarta : Edsa Mahkota |
Jumat, 05 Juni 2015
Motivasi Kerja
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar