A. Pengertian Kepuasan Kerja
Pengertian
Kepuasan Kerja - Salah satu sarana penting pada
manjemen sumber daya manusia dalam sebuah orgaisasi adalah terciptanya kepuasan
kerja para pegawai/ karyawan. Berikut pengertian-pengertian kepuasan kerja
menutur beberapa pakar. Kepuasan kerja
menurut Susilo Martoyo (1992 : 115), pada dasarnya merupakan salah satu aspek
psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,ia akan
merasa puas dengan adanya kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan
harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi. Kepuasan sebenarnya merupakan
keadaan yang sifatnya subyektif yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan
pada suatu perbandingan mengenai apa yang diterima pegawai dari pekerjaannya
dibandingkan dengan yang diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal
yang pantas atau berhak atasnya. Sementara setiap karyawan/ pegawai secara
subyektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan.
Pengertian Kepuasan Kerja menurut Tiffin (1958) dalam Moch. As’ad ( 1995 : 104 ) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan karyawan. Sedangkan menurut Blum (1956) dalam Moch. As’ad ( 1995 : 104 ) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor – faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu diluar kerja.
Dari batasan - batasan mengenai kepuasan kerja tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja melihatnya sebagai hasil interaksi manusia terhadap lingkungan kerjanya. Di samping itu, perasaan seseorang terhadap pekerjaan tentulah sekaligus merupakan refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaan. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda – beda sesuai dengan sistem nilai – nilai yang berlaku dalam dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing – masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya.
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. (Hasibuan, 2001 : 202).
Kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya yang mereka yakini apa yang seharusnya mereka terima(Stephen P. Robbins, 1996 : 26).
Kepuasan kerja adalah kepuasan pegawai terhadap pekerjaannya antara apa yang diharapkan pegawai dari pekerjaan/kantornya “ (Davis, 1995 : 105). Dalam bukunya, “Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi “,Robbins mengatakan: “ Kepuasan kerja adalah sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja, atasan, peraturan dan kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja dan sebagainya. Seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif terhadap kerja itu, sebaliknya seseorang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap negatif terhadap kerja itu. (Robbins, 1996 : 179).
Pengertian Kepuasan Kerja menurut Tiffin (1958) dalam Moch. As’ad ( 1995 : 104 ) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan karyawan. Sedangkan menurut Blum (1956) dalam Moch. As’ad ( 1995 : 104 ) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor – faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu diluar kerja.
Dari batasan - batasan mengenai kepuasan kerja tersebut, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja melihatnya sebagai hasil interaksi manusia terhadap lingkungan kerjanya. Di samping itu, perasaan seseorang terhadap pekerjaan tentulah sekaligus merupakan refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaan. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda – beda sesuai dengan sistem nilai – nilai yang berlaku dalam dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing – masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya.
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. (Hasibuan, 2001 : 202).
Kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya yang mereka yakini apa yang seharusnya mereka terima(Stephen P. Robbins, 1996 : 26).
Kepuasan kerja adalah kepuasan pegawai terhadap pekerjaannya antara apa yang diharapkan pegawai dari pekerjaan/kantornya “ (Davis, 1995 : 105). Dalam bukunya, “Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi “,Robbins mengatakan: “ Kepuasan kerja adalah sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja, atasan, peraturan dan kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja dan sebagainya. Seorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif terhadap kerja itu, sebaliknya seseorang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap negatif terhadap kerja itu. (Robbins, 1996 : 179).
B. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja karyawan. Faktor-faktor itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan
kepada karyawan bergantung pada pribadi masing-masing karyawan (Sutrisno,
2009:82).
Faktor-faktor yang memberikan kepuasan menurut Blum (1956) dalam As'ad (1999) adalah:
Faktor-faktor yang memberikan kepuasan menurut Blum (1956) dalam As'ad (1999) adalah:
1.Faktor
individual,
meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan;
2.Faktor sosial, meliputi
hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan bereaksi, kegiatan
perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan;
3.Faktor utama
dalam pekerjaan,
meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan
untuk maju.
Ada
dua faktor yang mempengaruhui kepuasan kerja, yaitu faktor yang ada pada diri
pegawai dan faktor pekerjaannya (Mangkunegara, 2009:120).
1.Faktor pegawai, yaitu
kecerdasan (IQ), kecerdasan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik,
pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berfikir,
persepsi, dan sikap kerja.
2.Faktor
pekerjaan,
yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu
pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial,
dan hubungan kerja.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah (Sutrisno, 2009: 82-84):
1.Kesempatan
untuk maju.
Dalam hal ini, ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan
peningkatan kemampuan selama kerja.
2.Keamanan kerja. Faktor ini
disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan. Keadaan yang aman
sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
3.Gaji. Gaji lebih
banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan kepuasan
kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
4.Perusahaan dan
manajemen.
Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan
kondisi kerja yang stabil.
5.Pengawasan. Sekaligus
atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turnover.
6.Faktor
Intrinsik dari pekerjaan.
Atribut yang ada dalam pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan
mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan atau mengurangi
kepuasan.
7.Kondisi kerja. Termasuk di
sini kondisi kerja tempat, ventilasi, penyiaran, kantin dan tempat parkir.
8.Aspek sosial
dalam pekerjaan.
Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai
faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.
9.Komunikasi. Komunikasi
yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk
menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau
mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat
berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
10.Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana
pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat
dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
C. Dimensi Kepuasan Kerja
Nelson and Quick (2006) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja
dipengaruhi 5 dimensi spesifik dari pekerjaan yaitu gaji, pekerjaan itu
sendiri, kesempatan promosi, supervisi dan rekan kerja.
· Gaji : sejumlah upah yang diterima
dan tingkat dimana hal ini bisa diangap sebagai hal yang pantas dibandingkan
dengen orang lain di dalam organisasi. Karyawan memandang gaji sebagai refleksi
dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan.
· Promosi merupakan factor yang
berhubungan dengan ada atau tidaknya kesempatan memperoleh peningkatan karier
selama bekwerja. Kesempatan inilah yang memiliki pengaruh yang berbeda pada
kepuasan kerja.
· Supervise merupakan kemampuan
atasan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan prilaku kepada bawahan yang
mengalami permasalahan dalam pekerjaan.
· Rekan Kerja merupakan tungakat
dimana rekan kerja yang pandai dan mendukung secara social merupakan factor
yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dan atsannya dan dengan pegawai
lainnya baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaan.
D.
Aspek aspek Kepuasan kerja
a. Aspek Psikologis yang berhubungan dengan kejiwaandan minat, ketentraman kerja dan sikap kerja, bakat dan ketrampilan dari karyawan.
b. Aspek social berhubungan dengan
interaksi social baik antar sesame karyawan maupun antar karyawan yang berbeda
jenis kerja serta hubungan dengan anggota keluarga.
c. Aspek fisi berhungbungan dengan
kondisi tubuhnya meliputi juga jenis pekerjaanya pengaturan kerja, pengaturan
waktu istirahat dan keadaan ruangan, kondisi kesehatan dan umur.
d. Aspek Finasial berhubungan dengan
jaminan ddan kesejatheraan yang melipti system besaran gaji, jaminan social,
tunjangan faislitas dan promosi.
· Komitmen Organisasi
· Organanizational Behavior adalah
ketika individu membantu individu lain secara berhati-hati tanpa mengharapkan
peghargaan dengan asas asasnya yaitu mengutamakan orang lain, kehormatan,
ketilitian, Civic virtue, Peace making.
· Employee Well-Being yaitu kepuasan
kerja mempengaruhi kesejahteraan karyawanpersaan bahagia , sehat, sukses
seorang karyqawan adalah konsekuensi kepuasan kerjanya.
· Stress Kerja selain konsekuensi dari
job satisfaction yaitu orang yang tidak puas akan mengalami stress kerja tinggi
yang diistilahkan dengan distress dan sebaliknya eustress untuk yang memiliki
kepuasan kerja.
Daftar Pustaka
Waluyo, Minto. (2013). Psikologi Industri. Jakarta: Akademia
Permata
Koesmono, Teman. (2005). Pengaruh
budaya organisasi terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja karyawan
pada sub sektor industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.
07. Hal 171-188.
Johan, Rita. (2002). Kepuasan kerja
karyawan dalam lingkungan institusi pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur, Vol.01, Hal 6-31.
Situmorang, Benyamin. (2014).
Pengaruh perilaku inovatif dan kepemimpinan pembelajaran terhadap Kepuasan
Kerja Kepala SMP di Medan. Elementary
School Journal. Vol. 01. Hal 26-41.
Muzayanah, A., Dian, N. (2008).
Hubungan antara kecerdasan interpersonal dengan kepuasan kerja karyawan (guru).
Jurnal Soul. Vol. 01. Hal 32-46.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar