A. Pengertian
Kata Manajemen Kinerja merupakan
penggabungan dari kata manajemen dan kinerja. Manajemen berasal dari kata to
manage yang berarti mengatur. Menurut George R Terry dalam bukunya Principles
of Management, Manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan metode
ilmu dan seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok manusia yang dilengkapi dengan sumber daya/faktor produksi untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan lebih dahulu, secara
efektif dan efisien. Sedangkan menurut John R Schermerhorn Jr
dalam bukunya Management, manajemen adalah proses yang mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian terhadap penggunaan
sumber daya yang dimiliki, baik manusiadan material untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi manajemen
yang diberikan oleh para ahli, dapat disimpulkan manajemen mencakup tiga aspek,
yaitu:
a. Pertama : manajemen sebagai
proses
b. Kedua : adanya tujuan yang telah
ditetapkan
c. Ketiga : mencapai tujuan secara
efektif dan efisien
Kata kinerja merupakan singkatan
dari kinetika energi kerja yang padanannya dalam bahasa Inggris adalah performance,
yang sering diindonesiakan menjadi kata performa. (Wirawan, 2009)
Pengertian Kinerja menurut beberapa
ahli adalah sebagai berikut: (Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi, 2005)
- Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps, 1992)
- Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja (Griffin, 1987)
- Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya (Hersey and Blanchard, 1993)
- Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donelly, Gibson and Ivancevich, 1994)
- Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan (Schermerhorn, Hunt and Osborn, 1991)
- Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan (Ability=A), motivasi (motivation=M) dan kesempatan (Opportunity=O) atau Kinerja = ƒ(A x M x O); artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan (Robbins,1996) .
Dengan demikian, kinerja adalah
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan.
Dari kedua kata manajemen dan
kinerja, jika digabungkan menjadi satu kata baru yaitu Manajemen Kinerja (Performance
Management). Beberapa definisi diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut:
(Wibowo, 2007)
- Manejemen kinerja sebagai proses komunikasi yang dilakukan secara terus menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan (Bacal, 1994).
- Manajemen kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar, dan persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati (Armstrong, 2004).
- Manajemen kinerja merupakan gaya manajemen yang dasarnya adalah komunikasi terbuka antara manajer dan karyawan yang menyangkut penetapan tujuan, memberikan umpan balik baik dari manajer kepada karyawan maupun sebaliknya (Schwartz, 1999)
- Manajemen kinerja merupakan dasar dan kekuatan pendiring yang berada di belakang semua keputusan organisasi, usaha kerja dan alokasi sumberdaya (Costello, 1994)
Dengan memperhatikan pendapat para
ahli, maka dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya manajemen kinerja merupakan
gaya manajemen dalam mengelola sumberdaya yang berorientasi pada kinerja yang
melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan
visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong
untuk mencapai tujuan organisasi.
B. Mengapa Manajemen Kinerja
Diperlukan?
Suatu organisasi dibentuk untuk
mencapai tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil
kerja/prestasi organsisasi dan menunjukkan kinerja organisasi. Hasil kerja
organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan. Aktivitas
tersebut dapat berupa pengelolaan sumberdaya organisasi maupun proses
pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk
menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan,
diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.
Dengan demikian, hakikat manajemen
kinerja adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen kinerja bukannya memberi
manfaat kepada organisasi saja tetapi juga kepada manajer dan individu. Bagi
organisasi, manfaat manajemen kinerja adalah menyesuaikan tujuan organisasi
dengan tujuan tim dan individu, memperbaiki kinerja , memotivasi pekerja,
meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses pelatihan
dan pengembangan, meningkatkan dasar ketrampilan, mengusahakan perbaikan dan
pengembangan berkelanjutan, mengusahakan basis perencanaan karier,
membantu menahan pekerja terampil agar tidak pindah, mendukung inisiatif
kualitas total dan pelayanan pelanggan, mendukung program perubahan budaya.
Bagi manajer, manfaat manajemen
kinerja antara lain: mengupayakan klarifikasi kinerja dan harapan perilaku,
menawarkan peluang menggunakan waktu secara berkualitas, memperbaiki kinerja
tim dan individual, mengusahakan penghargaan nonfinansial pada staf, membantu
karyawan yang kinerjanya rendah, digunakan untuk mengembangkan individu,
mendukung kepemimpinan, proses motivasi dan pengembangan tim, mengusahakan
kerangka kerja untuk meninjau ulang kinerja dan tingkat kompensasi.
Bagi individu, manfaat manajemen
kinerja antara lain dalam bentuk: memperjelas peran dan tujuan, mendorong dan
mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan kemampuan dan kinerja,
peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dasar objektivitas dan kejujuran
untuk mengukur kinerja, dan memformulasi tujuan dan rencana perbaikan cara
bekerja dikelola dan dijalankan.
Menurut Costello (1994) manajemen
kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari
setiap pekerja dan manajer pada misi keseluruhan dari unit kerjanya. Seberapa
baik kita mengelola kinerja bawahan akan secara langsung mempengaruhi tidak
saja kinerja masing-masing pekerja secara individu dan unit kerjanya,
tetapi juga kinerja seluruh organisasi.
Apabila pekerja telah memahami
tentang apa yang diharapkan dari mereka dan mendapat dukungan yang diperlukan
untuk memberikan kontribusi pada organisasi secara efisien dan produktif,
pemahaman akan tujuan , harga diri dan motivasinya akan meningkat. Dengan
demikian, manajemen kinerja memerlukan kerja sama, saling pengertian dan
komunikasi secara terbuka antara atasan dan bawahan.
C. Prinsip Dasar
Terdapat 10 prinsip dasar manajemen
kinerja yang dapat menjadi pondasi yang kuat bagi kinerja organisasi.
- Menghargai Kejujuran
- Memberikan Pelayanan
- Tanggung jawab
- Dirasakan seperti bermain
- Adanya perasaan kasihan
- Adanya perumusan tujuan
- Terdapat konsensus dan kerja sama
- Sifatnya berkelanjutan
- Terjadi komunikasi dua arah
- Mendapatkan umpan balik
D. Proses Manajemen Kinerja
Masukan
Manajemen kinerja membutuhkan
berbagai masukan yang harus dikelola agar dapat saling bersinergi dalam
mencapai tujuan organisasi. Masukan tersebut berupa: sumberdaya manusia (SDM),
modal, material, peralatan dan teknologi serta metode dan mekanisme kerja.
Manajemen Kinerja memerlukan masukan
berupa tersedianya kapabilitas SDM, baik sebaga perorangan maupun tim.
Kapabilitas SDM diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi. SDM yang memiliki pengetahuan dan keterampilan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas proses kinerja maupun hasil kerja. Sedangkan kompetensi
diperlukan agar SDM mempunyai kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi sehingga dapat memberikan kinerja terbaiknya.
Proses
Manajemen kinerja diawali dengan
perencanaan tentang bagaimana merencanakan tujuan yang diharapkan di masa yang
akan datang, dan menyusun semua sumberdaya dan kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan rencana dimonitoring dan diukur kemajuannya
dalam mencapai tujuan. Penilaian dan peninjauan kembali dilakukan untuk
mengoreksi dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan bila terdapat deviasi
terhadap rencana. Manajemen kinerja menjalin terjadinya saling menghargai
kepentingan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses kinerja. Prosedur
dalam manajemen kinerja dijalankan secara jujur untuk membatasi dampak
meerugikan pada individu. Proses manajemen kinerja dijalankan secara transparan
terutama terhadap orang yang terpengaruh oleh keputusan yang timbul dan orang
mendapatkan kesempatan melalui dasar dibuatnya suatu keputusan.
Keluaran
Keluaran merupakan hasil langsung
dari kinerja organisasi, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Hasil kerja yang
dicapai organisasi harus dibandingkan dengan tujuan yang diharapkan . Keluaran
dapat lebih besar atau lebih rendah dari tujuan yang telah ditetapkan. Bila
terdapat deviasi akan menjadi umpan balik dalam perencanaan tujuan yang akan
datang dan impelementasi kinerja yang sudah dilakukan.
Manfaat
Selain memperhatikan keluaran,
manajemen kinerja juga memperhatikan manfaat dari hasil kerja. Dampak hasil
kerja dapat bersifat positif bagi organisasi, misalnya karena keberhasilan
seseorang mewujudkan prestasinya berdampak meningkatkan motivasi sehingga
semakin meningkatkan kinerja organisasi. Tetapi dampak keberhasilan sesorang
dapat bersifat negatif, jika karena keberhasilannya ia menjadi sombong yang
akan membuat suasana kerja menjadi tidak kondusif.
E. Model Manajemen Kinerja
Model Deming
Hasil kegiatan monitoring dan review
dapat menyimpulkan bahwa kemajuan telah dicapai sesuai dengan rencana. Tetapi
jika terdapat deviasi antara rencana dengan kemajuan yang telah dicapai. Dalam
keadaan demikian perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja agar tujuan
yang telah direncanakan dapat tercapai pada waktunya. Bila hal itu tidak
memungkinkan, langkah yang dapat diambil adalah dengan melakukan penyesuaian
kembali terhadap rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Demikian
seterusnya proses kinerja akan berulang kembali melalui tahapan-tahapan tersebut
di atas. Model proses kinerja Deming dinamakan Siklus.
Model Torrington dan Hall
Torrington dan Hall menggambarkan
proses manajemen kinerja dengan merumuskan terlebih dahulu harapan terhadap
kinerja atau hasil yang diharapkan dari suatu kinerja. Kemudia, ditentukan
dukungan yang diberikan terhadap kinerja untuk mencapai tujuan. Sementara
pelaksanaan kinerja berlangsung dilakukan peninjauan kembali (review) dan
penilaian kinerja. Langkah selanjutnya melakukan pengelolaan terhadap standar
kinerja. Strandar kinerja harus dijaga agar tujuan yang diharapkan dapat
dicapai.
Model Costello
Siklus dimulai dengan melakukan
persiapan perencanaan sehingga dapat dibuat suatu rencana dalam bentuk rencana
kinerja dan pengembangan. Untuk meningkatkan kinerja, diberikan coaching pada SDM
dan dilakukan pengukuran kemajuan kinerja. Peninjauan kembali selalu dilakukan
terhadap kemajuan pekerjaan dan bila diperlukan dilakukan perubahan
rencana. Coaching dan review dilakukan secara berkala dan akhir tahun
dilakukan penilaian kinerja tahunan dan dipergunakan untuk meninjau kembali
pengembangan. Akhirnya, hasil penilaian tersebut digunakan untuk
mempertimbangkan penggajian dan menjadi umpan balik untuk rencana tahun
berikutnya.
Model Armstrong dan Baron
Proses manajemen kinerja dilihat
sebagai suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan secara berurutan agar dapat
mencapai hasil yang diharapkan.
- Misi Organisasi dan Tujuan Strategis; merupakan titik awal proses manajemen kinerja. Misi dan tujuan strategis dijadikan acuan bagi tingkatan manajemen di bawahnya. Perumusan misi dan tujuan strategis organisasi ditujukan untuk memastikan bahwa setiap kegiatan selanjutnya harus sejalan dengan tujuan tersebut dan diharapkan dapat memberikan kontribusi pada prestasi.
- Rencana dan Tujuan Bisnis dan Departemen; merupakan penjabaran dari misi organisasi dan tujuan strategis. Pada kasus tertentu rencana dan tujuan bisnis ditetapkan lebih dahualu, kemudian dijabarkan dan dibebankan pada departemen yang mendukungnya. Sebaliknya, dapat juga terjadi bahwa kemampuan departemen menjadi faktor pembatas dalam menentapkan rencana dan tujuan bisnis. Bila hal ini terjadi, tujuan departemen ditentukan lebih dahulu.
- Kesepakatan Kinerja (Performance Contract/Kontrak Kinerja) dan Pengembangan; merupakan kesepakatan yang dicapai antara individu dengan manajernya tentang sasaran dan akuntabilitasnya, biasanya dicapai pada rapat formal. Proses kesepakatan kinerja menjadi mudah jika kedua pihak menyiapkan pertemuan dengan mengkaji ulang progres terhadap sasaran yang disetujui. Kontrak kinerja merupakan dasar untuk mempertimbangkan rencana yang harus dibuat untuk memperbaiki kinerja. Kontrak kinerja juga menjadi dasar dalam melakukan penilaian terhadap kinerja bawahan.
- Rencana Kinerja dan Pengembangan; merupakan eksplorasi bersama tentang apa yang perlu dilakukan dan diketahui individu untuk memperbaiki kinerja dan mengembangkan ketrampilan dan kompetensinya dan bagaimana manajer dapat memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan.
- Tindakan Kerja dan Pengembangan; manajemen kinerja membantu orang untuk siap bertindak sehingga mereka dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.
- Monitoring dan Umpan Balik berkelanjutan; konsep terpenting dan sering berulang adalah proses mengelola dan mengembangkan standar kinerja. Dalama hal ini dibutuhkan sikap keterbukaan, kejujuran, bersifat positif dan terjadinya komunikasi dua arah antara supervisor dan pekerja sepanjang tahun.
- Review Formal dan Umpan Balik; dalam melakukan review, pimpinan memberi kesempatan kepada bawahan untuk memberi komentar tentang kepemimpinan. Review mencakup tentang: pencapaian sasaran, tingkat kompetensi yang dicapai, kontribusi terhadap nilai-nilai utama, pencapaian pelaksanaan rencana, pengembangan pribadi, pertimbangan tentang masa depan, perasaan dan aspirasi tentang pekerjaan, dan komentar terhadap dukungan manajer. Hasil review menjadi umpan balik bagi kontrak kinerja.
- Penilaian Kinerja Menyeluruh; penilaian dilakukan dengan melihat hasil atau prestasi kerja. Tingkatan penilaian dapat bervariasi tergantung pada jenis organisasi dan pekerjaan yang dilakukan.
F. Kaidah-kaidah Manajemen Kinerja
Manajemen Kinerja yang baik untuk
menuju organisasi berkinerja tinggi, harus mengikuti kaidah-kaidah berikut ini
(www. RiniSatria.net, 10 Jan 2010)
- Terdapat suatu indikator kinerja (key performance indicator) yang terukur secara kuantitatif, serta jelas batas waktu untuk mencapainya. Tentu saja ukuran ini harus menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh organisasi tersebut. Jika pada organisasi bisnis atau komersial, maka indikator kinerjanya adalah berbagai aspek finansial seperti laba, pertumbuhan penjualan, lalu indikator pemasaran seperti jumlah pelanggan, dan sebagainya. Pada organisasi pemerintahan maka ukuran kinerja tentu berbagai bentuk pelayanan kepada masyarakat (akuntabilitas eksternal atau publik). Semuanya harus terukur secara kuantitatif dan dimengerti oleh berbagai pihak yang terkait, sehingga nanti pada saat evaluasi kita bisa mengetahui, apakah kinerja sudah mencapai target atau belum. Michael Porter, seorang profesor dari Harvard Business School mengungkapkan bahwa kita tidak bisa memanajemeni sesuatu yang tidak dapat kita ukur. Jadi, ukuran kuantitatif itu penting. Organisasi yang tidak memiliki indikator kinerja , biasanya tidak bisa diharapkan mampu mencapai kinerja yang memuaskan para pihak yang berkepentingan (stakeholders).
- Semua ukuran kinerja tersebut biasanya dituangkan ke dalam suatu bentuk kesepakatan antara atasan dan bawahan yang sering disebut sebagai kontrak kinerja (performance contract). Dengan adanya kontrak kinerja, maka atasan bisa menilai apakah si bawahan sudah mencapai kinerja yang diinginkan atau belum. Kontrak kinerja ini berisikan suatu kesepakatan antara atasan dan bawahan mengenai indikator kinerja yang ingin dicapai, baik sasaran pancapaiannya maupun jangka waktu pencapaiannya. Ada 2 (dua) hal yang perlu dicantumkan dalam kontrak kinerja yaitu sasaran akhir yang ingin dicapai (lag) serta program kerja untuk mencapainya (lead). Mengapa keduanya dicantumkan ? Supaya pada saat evaluasi nanti berbagai pihak bisa bersikap fair, tidak melihat hasil akhir semata, melainkan juga proses kerjanya. Adakalanya seorang bawahan belum mencapai semua hasil akhir yang ditargetkan, tetapi dia sudah melaksanakan semua program kerja yang sudah digariskan. Tentu saja atasan tetap harus memberikan reward untuk dedikasinya, walaupun sasaran akhir belum tercapai. Ini juga bisa menjadi basis untuk perbaikan di masa yang akan datang (continuous improvements).
- Terdapat suatu proses siklus manajemen kinerja yang baku dan dipatuhi untuk dikerjakan bersama, yaitu (1) perencanaan kinerja berupa penetapan indikator kinerja, lengkap dengan berbagai strategi dan program kerja yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang diinginkan, lalu (2) pelaksanaan, di mana organisasi bergerak sesuai dengan rencana yang telah dibuat, jika ada perubahan akibat adanya perkembangan baru, maka lakukanlah perubahan tersebut, dan terakhir (3) evaluasi kinerja, yaitu menganalisis apakah realisasi kinerja sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dulu ? Semuanya harus serba kuantitatif.
- Adanya suatu sistem reward dan punishment yang bersifat konstruktif dan konsisten dijalankan. Konsep reward ini tidak melulu bersifat finansial, melainkan juga dalam bentuk lain, seperti promosi, kesempatan pendidikan, dan sebagainya. Reward dan punishment diberikan setelah melihat hasil realisasi kinerja, apakah sesuai dengan indikator kinerja yang telah direncanakan atau belum. Tentu saja ada suatu performance appraisal atau penilaian kinerja terlebih dahulu sebelum reward dan punishment diberikan. Hati-hati dengan pemberian punishment, karena dalam banyak hal, pembinaan jauh lebih bermanfaat.
- Terdapat suatu mekanisme performance appraisal atau penilaian kinerja yang relatif obyektif, yaitu dengan melibatkan berbagai pihak. Konsep yang sangat terkenal adalah penilaian 360 derajat, di mana penilaian kinerja dilakukan oleh atasan, rekan sekerja, pengguna jasa, serta bawahan. Pada prinsipnya manusia itu berpikir secara subyektif, tetapi berpikir bersama mampu mengubah sikap subyektif itu menjadi sangat mendekati obyektif. Dengan demikian, ternyata berpikir bersama jauh lebih obyektif daripada berpikir sendiri-sendiri. Ini adalah semangat yang ingin dibawa oleh konsep penilaian 360 derajat. Walaupun banyak kritik yang diberikan terhadap konsep ini, tetapi cukup banyak yang menggunakannya di berbagai organisasi. Tetapi dalam penerapannya mesti hati-hati, karena aspek kematangan organisasi (organization maturity) sangat berpengaruh di sini.
- Terdapat suatu gaya kepemimpinan (leadership style)
yang mengarah kepada pembentukan organisasi berkinerja tinggi. Inti dari
kepemimpinan seperti ini adalah adanya suatu proses coaching, counseling,
dan empowerment kepada para bawahan atau sumber daya manusia di
dalam organisasi. Satu aspek lain yang sangat penting dalam gaya
kepemimpinan adalah, sikap followership, atau menjadi pengikut.
Bayangkan jika semua orang menjadi komandan di dalam organisasi, lantas
siapakah yang menjadi pelaksana ? Bukannya kinerja tinggi yang muncul,
melainkan kekacauan di dalam organsiasi (chaos). Sejatinya, pada
kondisi tertentu seseorang harus memiliki jiwa kepemimpinan, tetapi pada
situasi yang lain, dia juga harus memahami bahwa dia juga merupakan bagian
dari sebuah sistem organisasi yang lebih besar, yang harus dia ikuti..
Refrensihttp://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_kinerjahttps://dwiiba.wordpress.com/manajemen-kinerja/http://www.esaunggul.ac.id/article/manajemen-kinerja/http://www.slideshare.net/k_tarou/bmp-ekma4263http://jurnal-sdm.blogspot.com/2011/12/manajemen-kinerja-definisi-manajemen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar